Kamis, 08 Oktober 2020

Tipologi Masjid (Masjid Besar Kecamatan Minggir)


Foto Masjid Besar Kecamatan Minggir (Masjid Ngijon)

Masjid Ngijon yang berada di Paduhukan Ngijon, Kalurahan Sendangarum, Kapanewon Minggir, Kabupaten Sleman merupakan Masjid Jami' Kalurahan Sendangarum. Selain ditetapkan sebagai Masjid Jami', pada tahun 2014 Masjid Ngijon juga ditetapkan sebagai Masjid Besar Kecamatan Minggir berdasarkan Surat Keputusan Camat Minggir Nomor 010/Kpts.Cmt/2014 Tanggal 26 Februari 2014. Dengan adanya Surat Keputusan tersebut tentu saja membawa konsekuensi dan tangung jawab yang lebih besar bagi Jama'ah Masjid Ngijon untuk menjaga serta mengembangkan kemakmuran masjid.

Dalam Standar Masjid di Indonesia berdasarkan tipologi (struktural, sektoral, teritorial, dan sejarah) dan perkembangannya terdiri dari Masjid Negara, Masjid Nasional, Masjid Raya, Masjid Agung, Masjid Besar, Masjid Jami', Masjid Bersejarah, dan Masjid di tempat publik menurut Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/802 Tahun 2014 tentang Standar Pembinaan Manajemen Masjid.

Masjid Negara adalah masjid yang berada di Ibu Kota Negara Indonesia, menjadi pusat kegiatan keagamaan tingkat Kenegaraan.

Masjid Nasional adalah masjid di Ibu Kota Provinsi yang ditetapkan oleh Menteri Agama sebagai Masjid Nasional dan menjadi pusat kegiatan keagamaan tingkat Pemerintahan Provinsi.

Masjid Raya adalah masjid yang berada di Ibu Kota Provinsi, ditetapkan oleh Gubernur atas rekomendasi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi sebagai Masjid Raya, dan menjadi pusat kegiatan keagamaan tingkat Pemerintah Provinsi.

Masjid Agung adalah masjid yang terletak di Ibu Kota Pemerintahan Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas rekomendasi Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, menjadi pusat kegiatan sosial keagamaan yang dihadiri oleh pejabat Pemerintah Kabupaten/Kota.

Masjid Besar adalah masjid yang berada di Kecamatan dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setingkat Camat atas rekomendasi Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan sebagai Masjid Besar, menjadi pusat kegiatan sosial keagamaan yang dihadiri oleh camat, pejabat, dan tokoh masyarakat tingkat Kecamatan.

Masjid Jami' adalah masjid yang terletak di pusat pemukiman di wilayah pedesaan/kelurahan.

Masjid Bersejarah adalah masjid yang berada di kawasan peninggalan Kerajaan/Wali/penyebar agama Islam/memiliki nilai besar dalam sejarah perjuangan bangsa. Dibangun oleh para Raja/Kesultanan/para Wali penyebar agama Islam serta para pejuang kemerdekaan.

Masjid di tempat publik adalah masjid yang terletak di kawasan publik untuk memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan ibadah.

Mushalla adalah masjid kecil yang terletak di kawasan permukiman maupun publik untuk memfasilitasi masyarakat melaksanakan ibadah.

Demikian informasi mengenai Tipologi Masjid dan istilah yang melingkupinya, semoga dapat menambah wawasan dan keilmuan. (yrf)

Link Download:
Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/802 Tahun 2014 tentang Standar Pembinaan Manajemen Masjid

 

Rabu, 07 Oktober 2020

Standar Pembinaan Manajemen Masjid (Idarah Imarah Ri'ayah)


Foto Sebagian Pengurus Takmir Masjid Ngijon Periode 2020-2025

Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam manajemen masjid yakni idarah, imarah, dan ri'ayah yang tertuang dalam Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/802 Tahun 2014 tentang Standar Pembinaan Manajemen Masjid.

Dalam SK tersebut, pengertian Standar Pembinaan Manajemen Masjid adalah batasan atau parameter kualifikasi pembinaan dan pengelolaan manajemen masjid berdasarkan tipologi dan perkembangannya, ditinjau dari aspek idarah (manajemen), imarah (aspek kemakmuran), dan ri'ayah (pembinaan dan pengadaan fasilitas).

Sedangkan pengertian dari aspek-aspek tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: idarah adalah kegiatan pengelolaan yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian, pengadministrasian, keuangan, pengawasan, dan pelaporan; imarah adalah kegiatan memakmurkan masjid seperti peribadatan, pendidikan, kegiatan sosial dan peringatan hari besar Islam; dan ri'ayah adalah kegiatan pemeliharaan bangunan, peralatan, lingkungan, kebersihan, keindahan, keamanan, masjid termasuk penentuan arah kiblat.

Standar Pembinaan Manajemen Masjid mempunyai tujuan untuk memberikan pedoman tentang pembinaan dan pengelolaan masjid di bidang idarah, imarah, dan ri'ayah kepada aparatur pembina kemasjidan maupun pengurus masjid dalam rangka meningkatkan kualitas pembinaan dan bimbingan untuk terwujudnya kemakmuran masjid dan kehidupan umat Islam yang moderat, rukun dan toleran baik di pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun kecamatan dan desa.

Ruang lingkup Standar Pembinaan Manajemen Masjid meliputi Standar Masjid di Indonesia berdasarkan tipologi (struktural, sektoral, teritorial, dan sejarah) dan perkembangannya terdiri dari Masjid Negara, Masjid Nasional, Masjid Raya, Masjid Agung, Masjid Besar, Masjid Jami', Masjid Bersejarah, dan Masjid di tempat publik; dan Standar Pembinaan Manajemen atau pengelolaannya ditinjau dari aspek idarah, imarah, dan ri'ayah.

Demikian informasi mengenai Standar Pembinaan Manajemen Masjid dan istilah yang melingkupinya, semoga dapat menambah wawasan dan keilmuan. (yrf)

Link Download:
Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/802 Tahun 2014 tentang Standar Pembinaan Manajemen Masjid

 

Senin, 05 Oktober 2020

Sejarah Masjid Paling Awal


Foto Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun Rasulullah SAW

Berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat sujud. Masjid merupakan suatu bangunan gedung atau lingkungan yang berpagar sekeliling, yang didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT, khususnya untuk mengerjakan shalat. Istilah masjid berasal dari kata sajada-yasjudu yang berarti bersujud atau menyembah.

Karena masjid adalah Baitullah (rumah Allah), maka orang yang memasukinya disunahkan mengerjakan salat Tahiyyatul Masjid (menghormati masjid dua rakaat). Nabi Muhammad SAW bersabda, ''Jika salah seorang kamu memasuki masjid, jangan dulu duduk sebelum mengerjakan salat dua rakaat.'' (HR Abu Dawud).

Kata masjid merupakan bentuk mufrad (tunggal). Sedangkan jama' (banyak) masjid banyak terdapat dalam Alquran, antara lain dalam ayat berikut ini: ''Hai Anak Adam pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid...'' (QS Al-A'raaf [7]: 31).

Dalam ayat lainnya, Allah SWT berfirman yang artinya, ''Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah...'' (QS At-Taubah [9]: 18).

Sejarah perkembangan bangunan masjid erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam dan pembangunan kota-kota baru. Pada masa permulaan perkembangan Islam ke berbagai negeri, bila umat Islam menetap di suatu daerah baru, maka salah satu sarana untuk kepentingan umum yang mereka buat adalah masjid.

Masjid merupakan salah satu karya budaya umat di bidang teknologi konstruksi yang telah dirintis sejak masa permulaannya. Ini lantas menjadi ciri khas dari suatu negeri atau kota Islam. Perwujudan bangunan masjid juga merupakan lambang dan cermin kecintaan umat Islam kepada Tuhannya dan menjadi bukti tingkat perkembangan kebudayaan Islam. Bangunan-bangunan masjid yang menakjubkan keindahannya di bumi Spanyol, Suriah, Kairo, Baghdad dan sejumlah tempat di Afrika, menjadi bukti peninggalan monumental umat Islam yang pernah mengalami kejayaan di bidang teknologi konstruksi, seni dan ekonomi.

Masjid memiliki sejumlah komponen yaitu kubah, menara, mihrab dan mimbar. Adapun komponen masjid yang khas terdapat di Indonesia adalah beduk. Selain digunakan untuk tempat melaksanakan salat lima waktu, salat Jumat, salat Tarawih dan ibadah-ibadah lainnya, masjid juga digunakan untuk kegiatan syiar Islam, pendidikan agama, pengajian dan kegiatan lainnya yang bersifat sosial.

Fungsi masjid yang sesungguhnya dapat dirujuk pada sejarah masjid paling awal, yaitu penggunaan masjid pada masa-masa al-khulafaa-ar Rasyidun dan seterusnya. Pada masa-masa itu masjid paling tidak mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi keagamaan dan fungsi sosial. Fungsi masjid bukan hanya tempat salat, tapi juga lembaga untuk mempererat hubungan dan ikatan jamaah Islam yang baru tumbuh.

Rasulullah mempergunakan masjid sebagai tempat untuk menjelaskan wahyu yang diterimanya, memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan para sahabat tentang berbagai masalah, memberi fatwa, mengajarkan agama Islam, membudayakan musyawarah, menyelesaikan perkara-perkara dan perselisihan-perselisihan, tempat mengatur dan membuat strategi militer dan tempat menerima perutusan-perutusan dari Semenanjung Arabia.

Disarikan dari buku Ensiklopedi Islam terbitan PT Ichtiar Baru Van Hoeve Jakarta

Sumber:
https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/18/03/24/p63qde313-sejarah-masjid-paling-awal

 

Minggu, 20 September 2020

Alunan Tilawah yang Menghipnotis (Cerita dari Eko Triyanto)


Foto Roni Okta Kristanto

Bingung! Itulah yang dirasakan sebagian panitia Reuni Syawal dan Tasyakur AMM Minggir, Kamis (23/08/2012). Dalam rencana, acara akan dimulai seawal mungkin, maka dalam undangan dituliskan acara diawali dengan Shalat Isya’ berjamaah di Mushalla Prayan. Sayangnya yang hadir mengikuti shalat isya’ ternyata tak genap 10 orang. Selepas itu undangan hadir secara bergelombang, hingga saat acara hampir berakhir, karena adanya keperluan lain.

Tetapi yang membuat panitia ketar-ketir adalah menunggu sosok yang sangat dinantikan agar acara bisa segera dibuka. Tentu bukan Dr. Khoirudin Bashori yang akan mengisi acara, karena beliau sudah datang beberapa saat sebelum acara dimulai. Sosok yang dimaksud adalah Roni Okta yang didaulat membacakan Al Quran. Setelah menunggu beberapa lama dan dengan saling kontak dengan Ashadi Harmanto yang membersamai Roni, akhirnya acara segera dibuka, dan Roni yang baru saja datang langsung tampil ke depan. 

Dengan persiapan yang terbatas, bahkan dengan sedikit tergesa mencari mushaf Al Quran, penantian itu segera terbayar lunas dengan alunan merdu kalam-kalam ilahi. Segenap undangan seakan terhipnotis oleh tilawah yang disuarakan oleh Roni. Seusai acara tilawah, dalam sambutannyan Ketua PCM, Bapak Nurhadi, S.Ag, secara khusus memberi apresiasi kepada salah satu kader Pemuda Muhammadiyah itu.

Nama lengkapnya Roni Okta Kristanto, lahir 29 Oktober 1993. Beralamatkan di Ngijon Sendangarum Minggir. Lulusan dari SMP Muhammadiyah 2 (Parakan Wetan) Minggir, dan SMK N 1 Sedayu (STM Argomulyo) itu kini tercatat sebagai Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Pendidikan Agama Islam. Salam hangat dan terima kasih untuk Roni! (eko)

Sumber:
http://dinamikadakwah.blogspot.com/2012/08/alunan-tilawah-yang-menghipnotis.html

 

Sabtu, 29 Agustus 2020

Bibit (Cerita dari Bryan Whildan Arsaha)


Foto KH Siraj Mursyid

Resiko saya sebagai anak ragil (terakhir-bungsu) adalah tidak dikenal oleh orang-orang tua di keluarga besar saya. Umumnya kakak saya sebagai anak pertamalah yang biasanya lebih diingat dan banyak berinteraksi dengan mereka. Umumnya juga, jika dalam obrolan, anak terakhir ini hanya ngikut obrolan yang tua-tua, menyimak dan mendengarkan. Kadang ada perasaan sungkan jika mau menyanggah atau ikut asik dalam obrolan, walau jika dipancing juga banyak sekali pendapat yang bisa diutarakan. Anak muda disini masih hati-hati, takut salah, dan biar ndak dikira sok keminter. Semacam itu. Baru, jika si anak terakhir ini sudah mulai matang dan dewasa, obrolan lebih nyambung dan kelihatan lebih berani dalam menyampaikan pendapat. Itu juga kalau dari pihak tetua belum terlalu tua untuk mendengarkan dan mengingat. Karena jarang berinteraksi itu juga, anak terakhir biasanya agak kesulitan jika diminta menceritakan silsilah keluarga besar. Setiap tahun saat lebaran, saya dijelaskan silsilah keluarga besar, dan setiap tahun itu juga saya bengong mendengar ceritanya. Lebaran ini, saya ingin mencaritahu sendiri, dan menuliskannya untuk mencari nasab saya dari ibu, secara spesifik lagi dari keluarga nenek dari ibu saya. 

Kakek saya dari ibu bernama KH Cholil Abdurrahman. Kakek saya ini punya istri bernama nyai Nafisah, yang tercantum di silsilah foto diatas, paling bawah, anak terakhir dari 9 bersaudara, dan tinggal beliau yang masih hidup dari delapan saudaranya yang lain. Ayah nyai Nafisah bernama KH Siraj Mursyid (simbah buyut saya). Melihat nama kakek dan mbah buyut saja sudah membuat saya merasa kagum dengan beliau. Kakek saya masih merasakan haji dengan menggunakan kapal, persis seperti dalam film Ahmad Dahlan ‘sang pencerah’ yang dibintangi Lukman Sardi, perjalanan haji bisa sampai berbulan-bulan. Pamitannya saja bisa sangat mengharukan, diantar seisi kampung, seperti melepas kepergiannya tanpa tahu pasti kapan akan pulang. Sementara kyai sendiri lebih kepada penghormatan masyarakat kepada beliau yang dianggap alim, hampi semua yang dipanggil kyai sudah pernah merasakan haji yang berat itu. KH Siraj Mursyid ini anak keempat, juga dari 9 bersaudara. Ayah KH Siraj Mursyid bernama Chasan Tafsir. Kemarin saya sempat berziarah ke makam Chasan Tafsir di pekarangan Masjid Patok Negoro ‘Sulthoni” di Plosokuning. Tentu saya bertanya-tanya, kenapa makam Chasan Tafsir bisa berada disana, dan dibuatkan bangunan juga di atas makamnya. Ternyata ayah dari Chasan Tafsir, KH Ngabdurahman (Kyai Tanjung) adalah orang yang dipasrahi salah satu Masjid Pathok Negoro oleh Sri Sultan Hamengkubuwono. Dan Chasan Tafsir mengabdi untuk meneruskan amanah yang diberikan kepada ayahnya. Letak Makam Chasan Tafsir sendiri berada berdekatan dengan makam Kyai Tanjung. Masjid Pathok Negoro adalah masjid yang didirikan oleh kraton di keempat arah mata angin untuk menandakan daerah kekuasaan kraton di jaman dulu. Masjid Plosokuning ini berada di arah mata angin sebelah utara. Dari masjid-masjid pathok negoro yang lain, kabarnya hanya tinggal masjid di plosokuning ini yang menjaga keaslian arsitektur bangunannya. Masih terdapat pagar beteng yang membatasi halaman luar masjid, kolam yang mengitari area masjid, makam dan pohon sawo kecik di pekarangan masjid. Menurut cerita juga, filosofi kolam yang mengitari masjid menegaskan bahwa masjid adalah tempat yang bersih dan suci, sawo kecik mengajarkan untuk selalu tumindak becik (berlaku baik), dan makam di sekitar masjid agar mengingatkan kita kepada dekatnya kematian. Berziarah kuburlah supaya kamu ingat akan kematian. Itu kata hadits. 


Dokumen Silsilah Keluarga KH Siraj Mursyid

Mendengar cerita tentang Chasan Tafsir juga menarik buat saya. Chasan Tafsir semasa hidup bermukim di Krapyak Wedomartani Sleman. Beliau menyebar anak-anaknya ke berbagai daerah untuk tujuan dakwah. Dan hampir kesemuanya, pada zamannya, menjadi tokoh agama di daerahnya masing-masing. Anak bungsunya, Kyai Hasyim, ditempatkan di daerah macanan (arah timur condongcatur, jogja). Dari keturunan Kyai Hasyim ini juga, lahir orang bernama Komarudin, yang mengingatkan saya pada buku sejarah jaman SD. Dia adalah pejuang yang terkenal sangat gigih pada serangan umum 1 maret. Yang saya sebut chuck noris Indonesia karena pada satu scene di film sejarah ‘janur kuning’, dia digambarkan seperti ini; anak buahnya menganggapnya gila karena saat penyerangan belanda, semua tentara Indonesia tiarap, hanya si komarudin ini sendiri berdiri dan meneriakkan ‘a*uuu ba****aaaan’ sambil memberondongkan peluru di senapannya ke arah belanda. Paman gedhe (pakdhe) saya yang masih kerabat dekat komarudin juga bercerita kalo komarudin ini dikasih karomah, kelebihan dari Alloh, tidak mempan ditembaki Belanda. Tapi ketika ditanya ‘loh mar, kamu tadi kok ditembak gapapa?’, si komarudin hanya menjawab sambil guyon, ‘lhaya gapapa tho lhawong gakena kok’. Sayang, dalam perjalanannya si komarudin ini tertangkap ikut andil dalam pendirian DI/TII. 

Anak ketiga dari Chasan Tafsir bernama Kyai Zainuddin bermukim di daerah Jumeneng Sleman. Kyai Murtadho di daerah Muntilan Jawa Tengah. Kyai Muchtarom di Kauman, Jogja. Kyai Makful di daerah Suranatan, Jogja. Peninggalan mereka terlihat juga dari beberapa keturunannya yang masih menetap di daerah sana. Sejarah juga mencatat seorang bernama Kyai Muhdi, anak ke tujuh dari Chasan Tafsir, yang juga pejuang kemerdekaan seperti Komarudin. Menurut cerita, beliau juga diberi karomah tidak mempan ditembaki Belanda. Namun beliau merelakan dirinya dibunuh Belanda demi menyelamatkan umatnya, karena ancaman Belanda yang akan membakar daerahnya jika beliau tidak menyerahkan diri. Wallahu’alam, tapi namanya diabadikan sebagai nama jalan di daerah Condongcatur, Sleman. Dan makamnya berada di tempat asli Chasan Tafsir di Krapyak, Wedomartani Sleman. Keturunan kyai Muhdi yang bernama Munajah (mbah Najah) juga merupakan pemuka agama yang cukup disegani saat itu, sekaligus ahli spiritual yang sering disambangi pejabat dan pembesar kraton. 

Sementara simbah buyut saya, anak keempat dari Chasan Tafsir, KH Siraj Mursyid mendapat daerah di Godean, Sleman. Kesembilan keturunan KH Siraj Mursyid juga disebar lagi ke beberapa daerah disana. Tidak mengherankan jika banyak sekali saudara saya dari trah (trah adalah bahasa Jawa untuk semacam dinasti jika di China) KH Siraj Mursyid ini. Trah KH Siraj Mursyid ini masih cukup kuat dalam silaturahimnya, terwadahi dalam Ikatan Keluarga Siraj (IKS) yang rutin mengadakan berbagai acara. Itu baru Trah KH Siraj Mursyid, bayangkan sebanyak apa trah dari Bani Chasan Tafsir (ayah KH Siraj Mursyid). 

Sebenarnya ada nama-nama lain di silsilah keluarga yang ceritanya menarik untuk dikupas. Misalnya Ki Juru Mertani yang terkadang muncul sebagai seorang yang cerdik dalam pementasan ketoprak. Dan cerita di atas saja baru silsilah dari nenek. Leluhur kakek saya dari ibu (KH Cholil Abdurrahman) juga tidak kalah panjang untuk diceritakan. Saya masih ingat terdapat jahitan inisial nama orang yang tidak asing di souvenir sajadah yang dibagikan pada trah Prawirosetiko (kakek dari KH Cholil Abdurrahman). Inisial HMS yang kemudian diartikan sebagai Haji Muhamad Soeharto, karena terdapat bintang lima diatas inisialnya. 

Seperti itulah. Saya hanya berusaha mengamalkan akronim tersohor dari bung karno "Jas Merah, Jangan sekali-sekali melupakan sejarah", saya telusuri sejarah mulai dari sejarah leluhur saya, hingga saya ada sekarang ini. Bagi saya, cerita-cerita leluhur tersebut berarti saya sudah memiliki koleksi dongeng pengantar tidur bagi anak-anak saya kelak. Leluhur saya tidak akan berpengaruh banyak terhadap hidup saya, karena hanya sayalah yang paling tau bagaimana sebaiknya saya melakukan putaran hidup. Tentunya, mereka menurunkan keyakinan dan teladan yang harus saya cari tau lebih lanjut benar salah falsafahnya; bahwa saya seorang muslim, dan jawa. 

Sumber:
http://suatuketika.blogspot.com/2012/08/bibit.html

 

Jumat, 28 Agustus 2020

Masjid Ngijon Dilengkapi Unit Kesehatan (Berita Harian Merapi)


Foto Unit Kesehatan Masjid Ngijon

Cukup mudah menemukan suatu masjid yang banyak jemaahnya. Ditambah lagi ada beragam kegiatan bermanfaat bagi masyarakat berbagai kalangan. Satu di antaranya Masjid Ngijon yang terletak di Ngijon Sendangarum Minggir Sleman. Beberapa kegiatan rutinnya selain salat berjemaah, antara lain pengajian rutin, taman pendidikan Alquran, baitul mal dan koperasi.

Layak mendapat apresiasi lagi, sejak Jumat (16/08/2019) lalu, Masjid Ngijon juga mulai membuka Unit Kesehatan Masjid. Jam bukanya Senin, Rabu dan Jumat mulai pukul 14.00 sampai 15.30 dengan dokter praktik yakni dr Salman Santosa. Selain itu dibantu tim unit kesehatan masjid setempat terdiri dari 11 orang atau biasa disebut tim Sebelas.

“Sekitar 100 jemaah kami undang saat acara opening atau pembukaan Unit Kesehatan Masjid Ngijon. Setelah acara pembukaan dengan sambutan-sambutan dan pengguntingan pita oleh imam masjid dilanjutkan meninjau ruangan di unit kesehatan lalu ada cek tensi tanpa dipungut biaya,” ungkap Ketua Takmir Masjid Ngijon, Satijo di sela-sela pelaksanaan cek tensi.

Menurutnya, bangunan unit kesehatan masjid masih satu kompleks dengan Masjid Ngijon. Sebelumnya telah direnovasi lalu dibuat ruangan khusus, dengan biaya sekitar Rp 4 juta (terkait medis) serta kisaran Rp 2 juta (non-medis). Biaya antara lain diambilkan dari kas koperasi masjid serta infaq dari jemaah. Saat renovasi bangunan yang digunakan untuk unit kesehatan masjid, dilaksanakan juga renovasi pagar di bagian timur kompleks masjid.

Dr Salman menambahkan, unit kesehatan masjid tersebut antara lain bisa melayani konsultasi dan pengobatan, keluarga berencana, keterangan sehat, kesehatan haji/umroh, kunjungan rumah (home visit) dan pemeriksaan darah sederhana. Dengan dibantu tim Sebelas, diharapkan ke depan bisa berkembang dan menjadi klinik. Bahkan bisa menerima rawat inap bagi pasien.

“Selain untuk warga Ngijon, hadirnya unit kesehatan masjid ini juga bermanfaat bagi warga di sekitar Ngijon, antara lain bisa semakin dekat,” paparnya.

Sementara itu Dukuh Ngijon, Amirudin mengatakan, unit kesehatan masjid akan bisa memberi banyak manfaat lebih khusus di bidang kesehatan. Apalagi di Ngijon saat ini ada 152 KK dan sekitar 452 jiwa, mayoritas sudah berumur 40 tahun ke atas. Sehingga, sudah selayaknya bisa cek kesehatan secara rutin, ibarat sepeda motor melakukan tune up secara berkala, misalnya enam bulan sekali.

“Suatu hal menggembirakan juga, unit kesehatan Masjid Ngijon ada program home visit atau kunjungan ke rumah. Hal ini merupakan layanan banyak manfaatnya. Semoga dokter praktiknya dan semua yang membantu kelancaran unit kesehatan mendapat banyak pahala,” harap Amirudin. (Yan)

Sumber:
https://www.harianmerapi.com/news/2019/08/20/74382/masjid-ngijon-dilengkapi-unit-kesehatan

 

Kamis, 27 Agustus 2020

Selamat Jalan Mbah Bakir (Cerita dari Ajib Setya Budi)


Foto Mbah Bakir

Mbah Bakir, yang pernah saya tulis di blog ini telah berpulang ke rahmatullah pada tanggal 2 Agustus 2009 Jam 04.30 WIB pagi hari di rumah kami. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Semoga segala kesalahannya di ampuni dan amal kebajikannya mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aamiin. Dan melalui blog ini saya memohonkan maaf kepada para pembaca blog barangkali selama hayatnya ada kesalahan beliau maka kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Banyak kenangan yang saya terima dari Mbah Bakir, dari hal-hal yang lucu-lucu maupun yang filosofis. Dan ternyata yang merasa beruntung pernah kenal beliau sangat banyak. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya para pelayat yang membludak di Pelataran Masjid Ngijon tempat kami.

Sebenarnya ingin sekali saya menuliskan cerita-cerita beliau di blog ini agar bermanfaat bagi orang lain, tetapi maaf, akhir-akhir ini saya belum muncul semangat lagi untuk menulis. Mungkin kalau waktu benar-benar sedang "mood", Insya Allah akan menulis lagi.

Salah satu nasehat yang selalu beliau ulang-ulang adalah sebuah nasehat yang katanya diambil dari kitab "Matan Adzkiya'". Dalam salah satu paragraf kitab tersebut dikatakan: 

"Berqana'ahlah kamu dalam hal berkeinginan untuk berpakaian yang serba glamour, menyantap makanan serba enak dan tempat tinggal yang bermewah-mewah". 

Kata beliau dengan berqana'ah maka menjadikan kita bisa hidup lebih sakinah serta sabar dalam menghadapi berbagai persoalan. Dan ternyata gaya hidup ini diterapkan dalam pribadinya yang selalu sabar dan sumeleh.

Beliau juga pernah menasehati saya bahwa kalau kita mau memasarkan ide-ide baru itu pasti akan mengundang pro dan kontra. Maka beliau selalu mengatakan dalam menghadapi setiap omongan orang dengan sikap: "Yo ben dan yo wis". Artinya , "Ya biarin aja, ya sudah acuhkan saja". Dengan cara seperti itu maka kita tidak gampang stress menghadapi apapun. 

Ada satu surat yang selalu menjadi favorit beliau setiap mengisi Kultum di masjid kampung kami yaitu surat al-'Ashr, yaitu surat yang mengingatkan kita agar senantiasa menghargai waktu dengan beriman dan beramal saleh serta saling menasehati agar tetap dalam kebenaran dan kesabaran. Agaknya surat itulah yang selalu menjadikan beliau menjadi pribadi yang "enthengan" suka menolong orang lain.  

Salah satu kelebihan pribadi beliau terhadap tetangga, pembantu maupun murid-muridnya adalah setiap nasehat dalam bidang ekonomi (wirausaha) rata-rata berhasil paling tidak untuk tumbuhnya wirausahawan-wirausahawan yang kecil-kecil. Saya sendiri kesulitan menghitung berapa banyak orang yang pernah "tersentuh" nasehat Mbah Bakir dan berhasil. Namun ada juga salah satu muridnya yang berhasil memiliki usaha transportasi bus antar kota yang asetnya sampai lima puluhan bus. 

Oh ya barang kali ada yang belum tahu biografi Mbah Bakir (Lahir Tahun 1921):
1.   Pendiri dan Imam Masjid Timoho Sendangagung Minggir Sleman
2.   Pernah cukup lama Sopir Truk Jogja - Cilacap
3.   Menjadi Instrukur Kursus Montir dan Stir Mobil "Madjoe" di Lempuyangan
4.   Menjadi TKR dan Anggota Legiun Veteran Republik Indonesia
      - Ikut Perang 10 Nopember 1945 di Surabaya bersama Bung Tomo
      - Ikut Perang dalam Palagan Ambarawa 1945
      - Ikut Perang Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta (Yogya Kembali)
5.   Perintis TK Aisyiah Bustanul Athfal di Ngijon
6.   Perintis SD Muhammadiyah Ngijon di Moyudan
7.   Perintis SMP Muhammadiyah I Gedongan Minggir
8.   Sesepuh Takmir Masjid Ngijon Minggir
9.   Pernah Menjabat Ketua Muhammadiyah Cabang Minggir
10. Pendiri Masjid Al Hidayah Daratan Minggir
11. Perintis KUD Tani Manunggal Sendangrejo Minggir
12. Perintis Kelompok Ternak Sapi Handini Arum Ngijon Sendangarum
13. Pamong Desa sebagai Kepala Bagian Sosial Desa Sendangarum (1965-1992)
14. Pj. Lurah Desa Sendangarum 1992-1995
15. Wiraswasta Jualan Sarana Produksi Pertanian

Mbah Bakir tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Pendidikannya antara lain:
1.   Mengaji di Pesantren Kiai Abdul Ghani Jejeran Wonokromo
2.   Mengaji di Pesantren Al Falah Yogyakarta
3.   Penataran-penataran yang diberikan oleh Pemerintah RI

Itu dulu kisah tetang mbah Bakir, semoga lain kali bisa disambung lagi. Insya Allah.

Sumber:
http://bapaketama.blogspot.com/2009/08/selamat-jalan-mbah-bakir.html

 

Rabu, 26 Agustus 2020

Ajak Warga Mandiri Tangani Sampah, DLH Sleman Berikan Bantuan Gerobak Sampah (Berita Tribun Jogja)


Foto Penyerahan Bantuan Sarana Pengelolaan Sampah

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman resmi memberikan paket bantuan peralatan penanganan sampah pada Minggu (21/07/2019). Bantuan tersebut diberikan secara simbolis kepada warga Dusun Ngijon, Desa Sendangarum, Minggir. Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun pun turut hadir dalam penyerahan tersebut. 

"Total ada 10 paket bantuan. Tiap paket terdiri atas 1 gerobak dan 3 tong sampah komposter untuk 1 pedukuhan," kata Kepala DLH Sleman, Dwi Anta Sudibya saat ditemui Tribunjogja.com di Masjid Ngijon. Dwi Anta menjelaskan gerobak tersebut nantinya akan digunakan untuk mengumpulkan sampah dari warga di satu pedukuhan. Sampah lalu dipilah oleh kelompok Bank Sampah. Sementara tiga tong sampah berfungsi untuk menempatkan sampah organik. Dwi mengatakan nantinya sampah tersebut terurai secara alami menjadi pupuk kompos. "Cara seperti ini bisa mengurangi beban DLH Sleman, yang saat ini baru bisa menangani sebesar 52 persen sampah di Sleman," jelas Dwi Anta.

Sri Muslimatun mengatakan pemberian paket bantuan ini bisa menjadi stimulus bagi warga, agar mereka menumbuhkan niat untuk menangani sampah secara mandiri. Ia terutama mengapresiasi bantuan tiga tong sampah komposter, agar sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos. Keberadaan pupuk tersebut sangat bermanfaat untuk kegiatan pertanian warga. "Apalagi Moyudan dan Minggir ini jadi salah satu lumbung padi DIY, jadi pupuk kompos sangat dibutuhkan untuk itu," kata Muslimatun. Muslimatun pun berharap nantinya seluruh wilayah Sleman bisa menangani sampah secara mandiri, tanpa tergantung sepenuhnya pada DLH. Hal tersebut juga sesuai dengan visi DLH Sleman di 2025 mendatang. (*)

Sumber:
https://jogja.tribunnews.com/2019/07/21/ajak-warga-mandiri-tangani-sampah-dlh-sleman-berikan-bantuan-gerobak-sampah?page=all